Skip to content

Patungan Pipa untuk Masyarakat Terdampak Gempa

HARIKA – Gempa Cianjur jelang akhir tahun lalu masih menyisakan banyak dampak bagi warga terdampak, sampai hari ini. Selain kehidupan sosial dan ekonomi yang belum kembali normal, infrastruktur penunjang kehidupan di sana pun masih bermasalah. Bangunan – bangunan sekolah, masjid dan musholla, bangunan pemerintah lokal, pasar-pasar belum lagi berdiri dan beroperasi normal kembali. Salah satu yang juga menjadi masalah adalah terhalangnya ketersediaan infrastruktur air bersih. Terutama bagi warga yang bermukim di dataran tinggi dan perbukitan di wilayah terdampak gempa.

Seperti yang dialami oleh warga di Kampung Harempoy, Desa Wangunjaya, Kecamatan Cugenang, Cianjur. Selama ini warga kampung yang terdiri dari 40 keluarga atau 160 jiwa mengandalkan sumber mata air (Sirah Cai) yang berada di kaki bukit berjarak ± 800 meter dari pemukiman. Warga mengambil air dari Sirah Cai dengan caara menyalurkannya menggunakan sambungan kombinasi pipa kecil dan selang seadanya, yang langsung diarahkan ke rumah masing-masing. Air dari Sirah Cai itu meliuk-meliuk menurun diantara perbukitan kecil, pohon dan rerumputan di pinggir jalan kampung.

Seperti hanya jalur pipa dan selang air itu, untuk menuju ke kampung ini juga jadi tantangan tersendiri. Untuk sampai ke perkampungan tersebut kita harus melakukan perjalanan sejauh 800 meter dari jalan utama Desa Wangunjaya, hanya dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan motor. Tak seperti yang dibayangkan sebelumnya, ternyata kontur jalan menuju perkampungan tersebut curam menanjak tegak.

Seketika terbayangkan bagaimana kondisi masyarakat di perkampungan Harempoy harus setiap hari beraktifitas menggunakan jalan yang sangat curam itu.Namun dari informasi langsung yang Tim Harika terima, dijelaskan rata-rata aktifitas atau pekerjaan warga Harempoy sebagian besar adalah berladang (sawah dan kebun), dan hanya sebagian kecilnya memilih bekerja ke kota.

Soal kecukupan pasokan air tadi, sedihnya warga harus saling bergantian dan menunggu laju air yang menuju kerumahnya masing-masing bisa mengalir dengan lancar. Jika satu rumah sudah menginformasikan cukup menerima air, barulah warga lainnya bisa membuka penyumpal selang. Sebab jika penyaluran air digunakan dalam waktu bersamaan sekaligus, hampir pasti akan ada warga yang tak kebagian air.

Dan tak jarang, sering terjadi sumbatan pipa bahkan rusaknya pipa karena sudah rapuh, menjadi kendala sulitnya air bagi masyarakat kampung Harempoy saat ini.Permintaan Pak RT dan semua warga Kampung Harempoy, “semoga ada solusi untuk bisa menyelesaikan permasalahan ini,” ujar Pak RT.

Salah satu solusi yang diharapkan meraka yaitu bantuan pengadaan toren atau bak penampungan air permanen serta pipanisasi dari penampungan hingga ke rumah-rumah warga. Dengan pola seperti itu harapannya laju air menjadi lancar dan mampu memenuhi kebutuhan semua warga kampung Harempoy kapanpun mereka perlukan. Sebagai infirmaso, bak penampungan air permanen yang sudah ada sebelumnya jebol dan akhirnya hancur akibat guncangan gempa berkekuatan 5,6 sr November lalu.

Syukur Alhamdulillah warga Kampung Harempoy sekarang sudah memiliki penampungan air sementara menggunakan toren (tabung penampungan air) bantuan dari donatur Harika Foundation.Setidaknya, setelah ada toren air itu, warga tak harus menunggu menerima aliran bergantian. “Kami berterima kasih sekali dengan bantuan toren ini. Meski sifatnya masih sementara dan darurat tapi sudah bisa meringankan warga. Harapannya bak penampungan air permanen bisa dibangun lagi di kamung ini. Aamiin..”tutur Pak RT.

Editor: Nur JN

Baca Juga : “Terima Kasih Sudah Perhatikan Kami”