HARIKA – Dunia sedang dalam situasi krisis. Konflik regional yang tak kunjung usai, munculnya konflik regional baru, krisis energi, krisis ekonomi, dampak pandemi dan ancaman kelaparan di beberapa benua.
Ada sejumlah fakta situasi dunia yang tercatat dalam beberpa tahun terakhir ini. Harga pangan dunia naik lebih tinggi sejak 10 tahun terakhir ; harga bahan bakar naik lebih tinggi sejak 7 tahun terakhir ; pasca pandemi, ada 345 juta orang di seluruh dunia hadapi masalah kelaparan (sebelumnya hanya 137 juta orang) ; kurang dari 10 negara adalah negara pengekspor 80-90% pangan dunia ; negara-negara di Timur-Tengah yang masih dalam situasi konflik adalah negara yang sangat bergantung pada impor pangan ; harga pangan di kawasan konflik itu naik 37% sejak Februari lalu ; inflasi AS 8,5% ; UK 10,1%, tertinggi sejak beberapa dekade terakhir.
Dalam situasi dan kondisi yang tersaji seperti itu maka dunia akan menghadapi persoalan pemenuhan kebutuhan dasar pangan. Belum lagi masih terjadinya anomaly/perubahan Iklim, kondisi ekonomi dunia yang semakin lesu dan melambat, konflik perang yang masih terjadi bahkan muncul konflik-konflik baru, pertumbuhan penduduk tak terkendali di beberapa belahan dunia, pun krisis energi.
Fakta-fakta yang tersaji di atas adalah ancaman nyata potensi terjadinya “Krisis Pangan Dunia”. Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Faktanya, mau ada krisis atau tidak kondisi di Indonesia masih belum jauh beranjak lebih baik dari beberapa decade sebelumnya.
Global Hunger Index (GHI) 2021 mencatat Tingkat Kelaparan Indonesia saat ini menempati urutan ketiga tertinggi di Asia Tenggara pada, dengan skor indeks sebesar 18 poin. Meski masuk ke dalam angka yang moderat, fakta itu tentu cukup memprihatinkan. Apalagi dalam posisi di regional sendiri.
“Berdasarkan Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) ada 74 Kabupaten/Kota masuk dalam kategori rentan rawan pangan, karena adanya ketimpangan produksi dibanding kebutuhan masyarakat, “ ujar Direktur Badan Pangan Nasional, Rachmi Widriani seperti dikutip Republika online Agustus 2022.
“Selain ketimpangan, sebab lain daerah masuk kategori rentan antara lain karena persentase tinggi penduduk miskin, prevalensi balita kurang gizi kronis (stunting), hingga akses ke air bersih yang terbatas. Ini membuktikan bahwa daerah itu kebutuhan pangannya harus dipenuhi dari daerah lain,“ tambahnya.
Itu semua fakta-fakta yang tak bisa diabaikan. Masih ada wilayah-wilayah di Indonesia yang mengalami rawan pangan dan terancam rawan pangan. Sejumlah ketimpangan-ketimpangan masih terjadi di wilayah-wilayah yang disebut oleh Rachmi. Rawan dan rentan pangan, adalah dua isu yang masih jadi perhatian, apalagi tahun-tahun ke depan dunia terprediksi mengalami “Krisis Pangan”.
Di sejumlah wilayah, mulai akhir tahun lalu bahkan sudah muncul informasi gagal panen. Petani beras katanya banyak yang mengalami paceklik. Karenanya beras impor digenjot untuk memenuhi kebutuhan beras di awal tahun ini hingga beberapa bulan ke depan. Badan Pusat Statistik/BPS bahkan sudah memprediksi jika harga beras akan mengalami kenaikan per kilogramnya. Bahkan Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia juga memperkirakan hal yang sama.
Soal paceklik, Harika juga dapat informasinya langsung dari Sobat Harika di beberapa daerah di Jawa. Sepekan lalu masuk informasi kalau ada satu pesantren di wilayah Subang, membutuhkan bantuan beras untuk santri-santrinya. Pesantren itu berada di daerah Sukamandijaya, Ciasem, Kabupaten Subang. Kabarnya, sawah-sawah yang dikelola oleh pesantren ini mengalami gagal panen.
Tak keliru kiranya jika Harika Foundation mengazamkan Program Utama “Pangan Untuk Semua” sebagai program unggulan. Mempelajari berbagai informasi global dan nasional, krisis global ke depan (termasuk di Indonesia) akan berputar pada persoalan “Krisis Pangan”.
Alhamdulillah santri-santri di Pesantren An Nahla, Ciasem, Subang akhirnya tersenyum manis demi menerima kiriman 500 kilogram pertama melalui Harika. Mereka antusias bersama-sama memindahkan beras itu ke gudang logistik pesantren. Beras-beras masih akan kami kirimkan ke pesantren-pesantren yang membuthkan dalam sub-program Beras untuk Pesantren. Dalam program Pangan Untuk Semua, selain Beras untuk Pesantren nanti akan ada juga Beras untuk Guru Honorer, Beras untuk Saudara di Pelosok, Beras untuk Mualaf dan sub-program pangan lainnya.