AMANAH QURBAN – Dalam hitungan detik, pisau di tangan sudah siap mengiris. Yang terbaring dengan penuh ketakwaan dan kepasrahan tingkat tinggi, pun dengan tenang menunggu bilah merobek nadi lehernya. Dalam hitungan kedipan mata, kedua manusia luar biasa yang terikat hubungan Ayah dan Anak itu terkesiap kaget. Di hadapan mata mereka hadir seekor domba putih bertanduk dan bermata bagus.
Ini kisah monumental tentang bentuk ketaatan dan ketakwaan tiada banding kepada Al Muhyi (Yang Maha Menghidupkan) dan Al Mu’iid (Yang Maha Mengembalikan Kehidupan). Terjadi kurang lebih sekitar 50 abad silam. Saat itu Nabi Ibrahim AS berusia 86 tahun dan putra kesayangannya yang lama ditunggu kelahirannya, Nabi Ismail AS menginjak usia 7 tahun.
Kisah pengabdian Sang Khalilullah (Kekasih Allah) beserta seluruh anggota keluarganya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, banyak diabadikan menjadi ritual yang kita kenal sekarang dengan rukun berhaji dan berkurban. Tentu apa yang terjadi dan dilakukan Nabi Ibrahim takkan bisa dibandingan dengan manusia manapun di dunia.
Demi kepatuhannya kepada Allah, Ibrahim tak membantah sedikitpun perintah untuk menyembelih Ismail. Yang dilakukannya hanyalah merenungkan (tarwiyah) perintah lewat mimpi itu. Sampai malam berikutnya, Ia pun kembali mendapatkan mimpi yang sama, sehingga menjadi tahu (mengetahui: Arafah) bahwa itu adalah benar perintah Allah.
Untuk kita saat ini, apa yang dapat kita berikan demi mendapatkan keridhoan dan keberkahan Allah? Ismail AS adalah tentu harta tak ternilai bagi Ibrahim AS. Namun, karena keimanan dan ketakwaannya, Beliau pun tak ingin memiiki Ismail seorang diri. Karena menurutnya, Ismail sejatinya milik Allah Ta’ala. Ia ikhlas mengorbankan putranya itu. Sebab saat masyarakat di lingkungannya hidup memberi apresiasi untuk kebiasaanya berkurban ribuan ekor domba dan unta di setiap musim haji, Beliau pernah berkata, “Kurban sebanyak itu bagiku belum apa-apa. Demi Allah! Seandainya aku memiliki anak lelaki, pasti akan kusembelih karena Allah dan kukurbankan kepada-Nya”.
Jika untuk sekedar untuk menyaksikan grup band mancanegara, event musik atau event olahraga dengan harga tiket jutaan rupiah saja, kita sanggup mengorbankan tenaga, waktu dan dana yang kita miliki, apakah hal yang sama kita sanggup berikan untuk memperoleh cinta Allah? “Sesungguhnya, Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya, orang yang membenci kamu adalah orang yang terputus (rahmat dan kebaikan Allah)” (Al-Kautsar: 1-3)
Ingin mengajak umat muslim semua yang berkeluangan secara harta dan kemampuan, Amanah Qurban (Program tahunan Harika Foundation di bulan haji), tahun ini meluncukan tema #Demi Qurban. Kami ingin mengajak Anda semua yang ingin memperoleh ridho, serta tak ingin terputus dari kebaikan, rahmat dan keberkahan Allah di momen spesial ini, untuk mengambil teladan dari Nabi Ibrahim AS. #Demi Qurban, apapun pasti akan kita ikhlaskan dan relakan semuanya.
#DemiQurban adalah aktualisasi semangat dalam upaya mengajak umat muslim untuk berkurban dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. #DemiQurban juga menjadi medium bagi mereka yang bersedia mengorbankan apapun yang dicintai dan disayang dalam konteks material, mendekatkan kebaikan dengan sesama yang dapat diwujudkan dengan semangat filantropi, kepedulian dan kedermawanan sosial.
Apapun dilakukan untuk berkurban, memiliki spirit untuk terus memotivasi diri agar dapat berkurban dengan ketulusan jiwa, harta, dengan keikhlasan, keimanan, dan ketakwaan, serta penuh rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ibadah kurban merefleksikan ketaatan manusia kepada syariat Allah (QS Al-Hajj [22]: 37), “Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu”.
Selamat menunaikan ibadah kurban 1444 Hijriah/2023, untuk umat muslim yang melaksanakannya. Semoga amal kebaikan mendapatkan pahala sempurna dan diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.■ DS